Virtual Singapore (1): Simulasi 3D Sebuah Negara

Virtual Singapore (1): Simulasi 3D Sebuah Negara

Lebih dari 5 juta orang tinggal di Singapura. Negara kota berpenduduk padat di selatan Malaysia ini memiliki luas 277 mil persegi dan memiliki lebih dari 4.300 gedung bertingkat tinggi. Singapura juga merupakan salah satu negara yang paling banyak dilengkapi sensor dan paling terpantau kondisi demografisnya di seluruh dunia. Hal ini menjadikan negara tersebut sangat ideal untuk direplikasi secara virtual.

Pemerintah Singapura, dalam hal ini Lembaga Riset Nasional (National Research Foundation/NRF) dan Kantor Perdana Menteri, bekerjasama dengan perusahaan perangkat lunak perancangan 3D Dassault Systèmes, mengembangkan Virtual Singapore, sebuah platform kolaborasi yang bisa digunakan oleh masyarakat, kalangan bisnis, pemerintah dan komunitas riset untuk mengembangkan perangkat dan layanan untuk menjawab berbagai masalah kompleks dan tantangan yang dihadapi negara ini.

Seperti apa Virtual Singapore nanti? Bayangkan saja Google Map, tapi dalam wujud tiga dimensi dan lebih mudah navigasinya; serta tidak hanya memuat data kondisi lalu lintas, tapi juga data lainnya. Dengan gambar dan data yang dikumpulkan dari berbagai lembaga pemerintah (baik data lama maupun terbaru), seperti data geometris, geospasial dan topologi, demografi, cuaca atau iklim, Virtual Singapore menyajikan semua data tersebut dalam beberapa lapisan (layer), dan dikemas dalam gambar lansekap kota tiga dimensi seperti yang biasa kita lihat dalam game SimCity. Data terbuka ini memungkinkan para pejabat dan perencana kota, arsitek, dan pihak lain yang berkepentingan, untuk memantau tren yang terjadi serta melihat keterkaitan antar berbagai informasi yang biasanya disembunyikan.

Ingeborg Rocker, Vice President Dassault 3Dexperiencity menjelaskan, “Virtual Singapore sebenarnya memuat banyak sekali data, tetapi disamarkan menjadi sebuah pengalaman visual yang mudah dipahami, karena kami tidak ingin membuat pemakainya pusing bahkan mual gara-gara harus membaca dan mencerna terlalu banyak data.”

Menjelajahi Virtual Singapore seperti mengendarai sebuah helikopter yang terbang di atas kota, namun juga gesit menyelinap di antara gedung-gedung yang menjulang tinggi. Anda bisa mengklik sebuah situs untuk mendapatkan data, atau sekedar melihat setiap warna dan tanda yang menunjukkan lapis demi lapis informasi. 

Anda bisa memperbesar gambar apartemen untuk melihat ukurannya, sudut elevasinya, letak pohon-pohonnya, energi listrik yang dipakainya, bahan bangunannya, spesifikasi teknisnya, harga per unitnya, jumlah penghuninya, dan tempat parkir yang disediakannya. Sebaliknya, Anda juga bisa memperkecil gambar untuk melihat akses transportasi, kondisi lalu lintas, cuaca, atau kondisi kesehatan di area setempat (misalnya: apakah dinas kesehatan setempat sudah mendeteksi nyamuk demam berdarah di daerah itu?). Informasi mengenai kemungkinan terjadinya kondisi darurat, seperti kebocoran gas hingga kemungkinan ancaman bom, akan muncul dalam bentuk lingkaran berwarna merah terang; sehingga para perancang bangunan akan dapat memperkirakan apakah bangunan yang akan didirikan nanti bakal menutupi area di sekitarnya; dan para pejabat setempat dapat membuat simulasi evakuasi bencana. 

Teknologi ini merupakan upaya terbaru dan tercanggih untuk menciptakan "dashboard perkotaan", semacam pusat kendali yang bisa menampilkan semua data. Contoh lain dari penggunaan teknologi semacam ini dapat dijumpai di Pusat Operasi Rio (Rio’s Operations Center), yang dilengkapi dengan sekumpulan layar yang mirip dengan pusat pengendalian operasi NASA, dan mampu melacak kondisi lalu lintas, cuaca, dan berbagai keperluan lainnya. Selain Rio, ada Biro Teknik Los Angeles (Los Angeles’s Bureau of Engineering) yang memetakan kota Los Angeles, mencakup peta GIS yang memiliki lebih dari 20 lapis data, dari data properti hingga informasi geoteknik. Perusahaan-perusahaan teknologi seperti IBM (yang juga membangun Rio’s Operations Center), Siemens, dan Cisco menjadi penyedia perangkat lunak "Smart City" yang berfungsi untuk memetakan data di beberapa kota besar lainnya.

Meskipun Rio dan LA menerapkan teknologi serupa, hanya Virtual Singapore yang mampu menyajikan data yang lebih holistik, intuitif, dan tiga dimensional. “Virtual Singapore benar-benar membuka wawasan kita mengenai bagaimana setiap sistem sebenarnya saling mempengaruhi satu sama lain. Setiap perubahan, sekecil apapun, pasti akan memiliki dampak yang besar. Sebagai contoh, jika Anda membangun sebuah stadion, Anda bisa melihat bagaimana dampaknya terhadap lalu lintas, polusi, kepadatan penduduk, dan sebagainya,” jelas Rocker. Ng Siau Yong, direktur Divisi Geospasial Otoritas Tanah Singapura menambahkan, “Fitur seperti ini tentu sangat berguna bagi kami, karena kondisi lahan yang sempit di Singapura membuat kami hanya memiliki sedikit ruang untuk melakukan eksperimen secara nyata.”

Joshua Williams, Perencana Pengembangan Associate untuk Kota Gresham, Oregon, agak pesimis terhadap kemampuan Virtual Singapore untuk menggabungkan semua informasi ini. Sebagian besar informasi, katanya, sudah tersedia di pemerintah kota. Williams juga khawatir tentang sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan Virtual Singapore, bukan pada kemampuan untuk mengembangkannya, tapi untuk membuat data tersebut mampu mengakomodasi setiap perubahan yang terjadi.

Williams lebih tertarik dengan prospek untuk mensimulasikan perkembangan di masa depan dan memetakan ruang publik dalam tiga dimensi. “Jika setiap perkembangan baru dapat ditinjau berdasarkan kondisi lingkungan sekitarnya, kita dapat melakukan banyak hal untuk mengatasi masalah lingkungan yang mungkin muncul. Hal itu juga akan membantu kita untuk mengidentifikasi setiap potensi masalah yang mungkin tidak terpikirkan sebelum proyek baru itu dibangun," katanya. 

"Ketika manusia tidak bisa melihat hal-hal secara visual, mereka tidak akan memahaminya," demikian pendapat Matthew Parrent, seorang associate senior di Biro Arsitektur dan Perancangan Gruen Associates, Los Angeles.

Singapura, yang sudah mulai menguji versi beta dari inisiatif tersebut, juga berencana untuk memasukkan data-data bisnis, seperti keuangan, arsitektur, teknik, transportasi, dan energi. Warga Singapura juga akan memiliki akses terhadap informasi lalu lintas, kondisi kesehatan dan cuaca, meskipun data lain yang lebih sensitif akan tetap bersifat tertutup.

"Rencana dapat berkembang setiap saat," kata Rocker. Pernyataan yang sangat masuk akal, mengingat bahwa mestinya ada berbagai isu yang kompleks dan senantiasa berubah, secepat perubahan teknologi. Kota-kota besar, terutama yang berkembang pesat seperti Singapura, tentu saja mengalami perubahan yang juga cepat.

Virtual Singapore diluncurkan pada bulan Desember 2014 sebagai salah satu pemacu inisiatif Singapore’s Smart Nation. Platform ini diperkirakan akan selesai pada tahun 2018.

--

(bagian 1 dari 2 tulisan | dirangkum dari berbagai sumber: Wired, Dassault Systemes, Business Insider, & AEC Magazine)

 

Comments (0)

There are no comments posted here yet

Leave your comments

Posting comment as a guest.
Attachments (0 / 3)
Share Your Location