Memantau Pengunjung Taman Nasional Melalui Media Sosial

Memantau Pengunjung Taman Nasional Melalui Media Sosial

Taman nasional merupakan pilar bagi upaya konservasi keanekaragaman hayati yang sekaligus dapat berfungsi sebagai wahana rekreasi. Pengelolaan dan perencanaan taman nasional membutuhkan informasi terkini mengenai jumlah pengunjung dan apa saja aktivitas yang mereka lakukan.

Delapan peneliti dari Lab Geografi Digital Universitas Helsinki: Henrikki Tenkanen, Enrico Di Minin, Vuokko Heikinheimo, Anna Hausmann, Marna Herbst, Liisa Kajala & Tuuli Toivonen melakukan kajian apakah data media sosial dapat digunakan untuk memahami aktivitas pengunjung di taman nasional.

 

"Karena pihak taman nasional maupun otoritas konservasi lainnya sering kekurangan sumber daya untuk melakukan survei pengunjung secara tradisional, kami berusaha mengetahui apakah media sosial menawarkan sebuah cara baru dan murah untuk mengumpulkan informasi semacam itu," demikian diungkapkan oleh salah satu anggota tim, Dr. Enrico Di Minin, seorang ilmuwan konservasi yang memiliki minat untuk menyelidiki manfaat wisata berbasis alam.

 

Melalui kolaborasi dengan otoritas taman nasional di Finlandia dan Afrika Selatan, para ilmuwan telah menyelidiki apakah data media sosial dapat memberikan informasi yang handal untuk mendukung pengambilan keputusan di taman nasional. Sumber data tradisional yang diperoleh dari para kolaborator ini membuat mereka dapat membandingkan apakah data media sosial dapat digunakan sebagai pengganti penghitungan dan survei pengunjung.

Pada laporan penelitian yang dipublikasikan dalam sebuah artikel berjudul: "Instagram, Flickr, or Twitter: Assessing the usability of social media data for visitor monitoring in protected areas", para peneliti menilai kegunaan berbagai platform media sosial (Instagram, Twitter dan Flickr) dalam memperkirakan tingkat kunjungan di 56 taman nasional di Finlandia dan Afrika Selatan.

 

"Kami menemukan bahwa tingkat kunjungan dan popularitas taman yang diambil dari data media sosial selaras dengan statistik pengunjung yang resmi; dalam hal ini, Instagram-lah yang menunjukkan hasil terbaik," kata Dr. Henrikki Tenkanen, penulis utama dalam artikel tersebut.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh kelompok tersebut juga menunjukkan bahwa data media sosial dapat digunakan untuk memahami pemandangan apa yang lebih disukai oleh pengunjung di taman nasional, dan aktivitas apa saja yang mereka lakukan. "Sangat menarik untuk melihat bahwa apa yang diungkapkan pengunjung dalam wawancara mengenai apa yang mereka sukai dari alam senada dengan apa yang mereka unggah ke akun media sosial mereka saat berkunjung ke taman nasional", demikian diungkapkan oleh peneliti post-doktoral Anna Hausmann, yang telah mempelajari preferensi dan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang berkunjung ke taman nasional Afrika.

Unggahan di media sosial juga dapat digunakan untuk mengamati tren yang muncul di kawasan lindung. "Di Finlandia, kami dapat mengetahui munculnya kegiatan baru seperti bersepeda di musim dingin dan kite-surfing dengan melihat unggahan di media sosial yang tidak tertangkap oleh survei pengunjung tradisional," kata kandidat PhD Vuokko Heikinheimo.

 

Penggunaan platform media sosial terus meningkat di seluruh dunia. Fenomena ini membuka kemungkinan baru untuk memahami apa yang dialami dan dirasakan orang, serta di mana mereka merasakannya. "Meskipun data media sosial terkadang membingungkan dan bias, namun data tersebut dapat meningkatkan pemahaman mengenai pemanfaatan area taman nasional." demikian disimpulkan oleh Profesor Tuuli Toivonen, ketua kelompok penelitian tersebut.

 ---

(dirangkum dari: ENN, Nature, & University of Helsinki | sumber gambar lain: pixabay & Instagram)

Comments (0)

There are no comments posted here yet

Leave your comments

Posting comment as a guest.
Attachments (0 / 3)
Share Your Location